Kami bersama Rasulullah SAW di rumah
salah seorang sahabat Anshar, dimana saat itu kami di tengah-tengah
jamaah. Lalu ada suara orang memanggil dari luar, “Wahai para penghuni
rumah, apakah kalian mengizinkanku masuk, sementara kalian butuh
kepadaku?”. Rasulullah SAW bertanya kepada para jamaah, “Apakah kalian
tahu, siapa yang memanggil dari luar itu?”.
Mereka menjawab, “Tentu Allah SWT dan
Rasul-Nya lebih tahu”. Lalu Rasulullah SAW menjelaskan, “Ini adalah
iblis yang terkutuk -semoga Allah senantiasa melaknatnya”. Kemudian Umar
r.a. meminta izin kepada Rasulullah sembari berkata, “Ya Rasulullah,
apakah engkau mengizinkanku untuk membunuhnya?”.
Nabi SAW menjawab, “Bersabarlah wahai
Umar, apakah engkau tidak tahu bahwa ia termasuk mahluk yang tertunda
kematiannya sampai batas waktu yang telah diketahui (hari Kiamat)?
Akan tetapi sekarang silakan kalian
membukakan pintu untuknya sebab ia diperintahkan untuk datang kesini,
maka pahamilah apa yang diucapkan dan dengarkan apa yang bakal ia
ceritakan kepada kalian.”
Ibnu Abbas berkata: Kemudian dibukakan
pintu, lalu ia masuk di tengah-tengah kami. Ternyata ia berupa orang
yang sudah tua bangka dan buta sebelah mata. Ia berjenggot sebanyak
tujuh helai rambut yang panjangnya seperti rambut kuda. Kedua kelopak
matanya terbelah ke atas tidak ke samping, sedangkan kepalanya seperti
gajah yang sangat besar, gigi taringnya memanjang keluar seperti babi,
sementara kedua bibirnya seperti bibir kerbau.
Ia datang sambil memberi salam, “Assalamu’alaika ya Muhammad, Assalamu’alaikum ya jamaa’atal-muslimin.” kata Iblis.
Nabi SAW menjawab, “Assalamu lillah ya
la’iin (keselamatan hanya milik Allah wahai makhluk yang terkutuk). Saya
mendengar engkau punya keperluan kepada kami. Apa keperluan tersebut
wahai iblis?”.
“Wahai Muhammad, saya datang ke sini bukan karena kemauanku sendiri, tapi saya datang ke sini karena terpaksa”, tutur iblis.
“Apa yang membuatmu terpaksa harus datang ke sini wahai mahluk terkutuk?” tanya Rasulullah SAW.
Iblis menjawab, “Telah datang kepadaku
seorang malaikat yang diutus oleh Tuhan Yang Maha Agung, dimana utusan
itu berkata kepadaku, ‘Sesungguhnya Allah SWT memerintahmu untuk datang
kepada Muhammad SAW sementara engkau adalah mahluk yang rendah dan hina.
Engkau harus memberi tahu kepadanya, bagaimana engkau menggoda dan
merekayasa anak-cucu Adam AS, bagaimana engkau membujuk dan merayu
mereka. Lalu engkau harus menjawab segala apa yang ditanyakan Muhammad
SAW dengan jujur. Maka demi Kebesaran dan Keagungan Allah SWT, jika
engkau menjawab dengan bohong, sekalipun hanya sekali, sungguh engkau
akan Allah SWT jadikan debu yang bakal dihempaskan oleh angin kencang,
dan musuh-musuhmu akan merasa senang”.
Wahai Muhammad, maka sekarang saya datang
kepadamu sebagaimana yang diperintahkan kepadaku. Maka tanyakan apa
saja yang engkau inginkan. Kalau sampai saya tidak menjawab dengan
jujur, maka musuh-musuhku akan merasa senang atas musibah yang bakal
saya terima. Sementara tidak ada beban yang lebih berat bagiku daripada
bersenangnya musuh-musuhku atas musibah yang menimpa diriku”.
Rasulullah SAW mulai melemparkan
pertanyaan kepada iblis, “Jika engkau bisa menjawab dengan jujur, maka
coba ceritakan kepadaku, siapa orang yang paling engkau benci?”.
Iblis menjawab dengan jujur, “Engkau,
wahai Muhammad, adalah orang yang paling aku benci dan kemudian
orang-orang yang mengikuti agamamu”.
“Lalu siapa lagi yang paling engkau benci?” tanya Rasulullah SAW.
“Seorang pemuda yang bertakwa dimana ia mencurahkan dirinya hanya kepada Allah SWT,” jawab iblis.
“Siapa lagi?” tanya Rasulullah SAW.
“Orang alim yang wara’ (menjaga diri dari syubhat) lagi sabar,” jawab iblis.
“Siapa lagi?” tanya Rasulullah SAW.
“Orang yang senantiasa melanggengkan kesucian dari tiga kotoran (hadats besar, kecil, dan najis),” tutur iblis.
“Siapa lagi?” tanya Rasulullah SAW.
“Orang fakir yang senantiasa bersabar,
yang tidak pernah menuturkan kefakirannya kepada siapapun dan juga tidak
pernah mengeluhkan penderitaan yang dialaminya,” jawab iblis.
“Lalu dari mana engkau tahu kalau ia bersabar?,” tanya Rasulullah SAW.
“Wahai Muhammad, bila ia masih dan pernah
mengeluhkan penderitaannya kepada mahluk yang sama dengannya selama
tiga hari, maka Allah SWT tidak akan mencatat perbuatannya dalam
kelompok orang-orang yang bersabar” jelas iblis.
“Lalu siapa lagi wahai iblis?” tanya Rasulullah SAW.
“Orang kaya yang bersyukur,” tutur iblis.
“Lalu apa yang bisa memberi tahu kepadamu, bahwa ia bersyukur?” tanya Rasulullah SAW.
“Bila saya melihatnya ia mengambil
kekayaannya dari apa saja yang dihalalkan dan kemudian disalurkan pada
tempatnya,” tutur iblis.
“Bagaimana kondisimu apabila ummatku menjalankan shalat?” tanya Rasulullah SAW.
“Wahai Muhammad, saya langsung merasa gelisah dan gemetar,” jawab iblis.
“Mengapa wahai mahluk yang terkutuk?” tanya Rasulullah SAW.
“Sesunguhnya apabila seorang hamba
bersujud kepada Allah SWT sekali sujud, maka Allah SWT akan mengangkat
satu derajat (tingkat). Apabila mereka berpuasa, maka saya terikat
sampai mereka berbuka kembali. Apabila mereka menunaikan manasik haji,
maka saya jadi gila.
Apabila mereka membaca Al-Qur’an, maka
saya akan meleleh (mencair) seperti timah yang dipanaskan dengan api.
Apabila mereka bersedekah maka seakan-akan orang yang bersedekah
tersebut mengambil kapak lalu memotong saya menjadi dua,” jawab iblis.
“Mengapa demikian wahai Abu Murrah (julukan iblis)?” tanya Rasulullah SAW.
“Sebab dalam sedekah ada empat perkara
yang perlu diperhatikan; Dengan sedekah itu, Allah SWT akan menurunkan
keberkahan dalam hartanya, menjadikan ia disenangi di kalangan
mahluk-Nya, dengan sedekah itu pula Allah SWT akan menjadikan suatu
penghalang antara neraka dengannya dan akan menghindarkan segala bencana
dan penyakit,” tutur iblis menjelaskan.
“Lalu bagaimana pendapatmu tentang Abu Bakar?” tanya Rasulullah SAW.
“Ia sewaktu Jahiliyyah saja tidak pernah taat kepadaku, apalagi sewaktu dalam Islam,” tutur iblis.
“Bagaimana dengan Umar bin Khaththab?” tanya Rasulullah SAW.
“Demi Allah SWT, setiap kali saya bertemu dengannya, mesti akan lari darinya,” jawab iblis.
“Bagaimana dengan Utsman?,” tanya Rasulullah SAW.
“Saya merasa malu terhadap orang yang para malaikat saja malu kepadanya,” jawab iblis.
“Lalu bagaimana dengan Ali bin Abi Thalib?” tanya Rasulullah SAW.
“Andaikan saya bisa selamat darinya dan
tidak pernah bertemu dengannya, ia meninggalkanku dan saya pun
meninggalkannya. Akan tetapi ia tidak pernah melakukan hal itu sama
sekali,” tutur iblis.
“Segala puji bagi Allah SWT yang telah
menjadikan ummatku bahagia dan mencelakakanmu sampai pada waktu yang
ditentukan,” tutur Rasulullah SAW.
“Tidak dan tidak mungkin, dimana ummatmu
bisa bahagia sementara saya senantiasa hidup dan tidak mati sampai pada
waktu yang telah ditentukan. Lalu bagaimana engkau bisa bahagia terhadap
ummtmu, sementara saya bisa masuk kepada mereka melalui aliran darah
dan daging, sedangkan mereka tidak melihatku. Demi Tuhan yang telah
menciptakanku dan telah menunda kematianku sampai pada hari mereka
dibangkitkan kembali (Kiamat), sungguh saya akan menyesatkan mereka
seluruhnya, baik yang bodoh maupun yang alim, yang awam maupun yang bisa
membaca Al-Qur’an, yang nakal maupun yang rajin beribadah, kecuali
hamba-hamba Allah SWT yang mukhlis murni,” tutur iblis.
“Siapa menurut engkau hamba-hamba Allah SWT yang mukhlis itu?” tanya Rasulullah SAW.
Iblis menjawab dengan panjang lebar,
“Apakah engkau tidak tahu wahai Muhammad, bahwa orang yang masih suka
dirham dan dinar (harta) adalah belum bisa murni karena Allah SWT.
Apabila saya melihat seseorang sudah tidak menyukai dirham dan dinar,
serta tidak suka dipuji, maka saya tahu bahwa ia adalah orang yang
mukhlis karena Allah, lalu saya tinggalkan. Sesungguhnya seorang hamba
selagi masih suka harta dan pujian, sedangkan hatinya selalu bergantung
pada kesenangan-kesenangan duniawi, maka ia akan lebih taat kepadaku
daripada orang-orang yang telah saya jelaskan kepadamu.
Apakah engkau tidak tahu wahai Muhammad,
bahwa cinta harta itu termasuk dosa yang paling besar? Apakah engkau
tidak tahu wahai Muhammad, bahwa cinta kedudukan adalah termasuk dosa
yang paling besar?
Apakah engkau tidak tahu saya memiliki
tujuh puluh ribu anak, sedangkan setiap anak dari jumlah tersebut
memiliki tujuhpuluh ribu setan. Diantara mereka ada yang sudah saya
tugaskan untuk menggoda ulama, ada yang saya tugaskan untuk menggoda
para pemuda, ada yang saya tugaskan untuk menggoda orang-orang yang
sudah tua. Anak-anak muda bagi kami tidak masalah, sedangkan anak-anak
kecil lebih mudah kami permainkan sekehendak saya. Di antara mereka juga
ada yang saya tugaskan untuk menggoda orang-orang yang tekun beribadah,
dan ada juga yang saya tugaskan untuk menggoda orang-orang zuhud.
Mereka keluar-masuk dari kondisi ke kondisi lain, dari satu pintu ke
pintu lain, sehingga mereka berhasil dengan menggunakan cara apapun.
Saya ambil dari mereka nilai keikhlasan dalam hatinya, sehingga mereka
beribadah kepada Allah dengan tidak ikhlas, sementara mereka tidak
merasakan hal itu.
Apakah engkau tidak tahu wahai Muhammad,
bahwa Barshish seorang rahib (pendeta) yang berbuat ikhlas karena Allah
selama tujuh puluh tahun, sehingga dengan doanya ia sanggup
menyelamatkan orang-orang yang sakit. Akan tetapi saya tidak berhenti
menggodanya sehingga ia sempat berbuat zina dengan seorang perempuan,
membunuh orang dan mati dalam kondisi kafir? Inilah yang disebutkan oleh
Allah SWT dalam kitab-Nya dengan firman-Nya: “(Bujukan orang-orang
munafik itu adalah) seperti (bujukan) setan ketika dia berkata kepada
manusia: ‘Kafirlah kamu’, maka tatkala manusia itu telah kafir ia
berkata, ‘sesungguhnya aku cuci tangan darimu, karena sesungguhnya aku
takut kepada Allah, Tuhan Semesta Alam'”. (QS. Al-Hasyr: 16).
Apakah engkau tidak tahu wahai Muhammad, bahwa kebohongan itu dari saya, saya adalah yang berbohong
pertama kali. Orang yang berbohong adalah
temanku. Barangsiapa bersumpah atas nama Allah dengan berbohong maka
ia adalah kekasihku. Apakah engkau tidak tahu wahai Muhammad, bahwa saya
pernah bersumpah kepada Adam dan Hawa dengan atas nama Allah, “Bahwa
saya akan memberi nasihat kepada kalian berdua”. Maka sumpah bohong itu
menyenangkan hatiku. Sedangkan menggunjing dan mengadu domba adalah buah
santapan dan kesukaanku. Kesaksian dusta adalah penyejuk mataku dan
kesenanganku. Barangsiapa bersumpah dengan menceraikan istrinya (talak)
maka hampir tidak akan bisa selamat, sekalipun hanya sekali. Andaikan
itu benar, yang karenanya orang membiasakan lidahnya mengucapkan
kata-kata tersebut, istrinya akan menjadi haram.
Kemudian dari pasangan tersebut
menghasilkan keturunan sampai hari Kiamat nanti yang semuanya hasil dari
anak-anak zina. Sehingga seluruhnya masuk neraka hanya gara-gara satu
ucapan. Wahai Muhammad, sesungguhnya di antara ummatmu ada orang yang
menunda-nunda shalatnya dari waktu ke waktu. Ketika ia hendak
menjalankan shalat maka saya selalu berada padanya dan mengganggu
sembari berkata kepadanya, “Masih ada waktu, teruskan engkau sibuk
dengan urusan dan pekerjaan yang engkau lakukan” sehingga ia menunda
shalatnya, dan kemudian shalat diluar waktunya. Akibatnya dengan shalat
yang dikerjakan di luar waktunya itu akan dipukul di kepalanya. Kalau
saya merasa kalah, maka saya mengirim kepadanya salah seorang dari
setan-setan manusia yang akan menyibukkan waktunya. Kalau dengan usaha
itu saya masih kalah, maka saya tinggalkan sampai ia menjalankan shalat.
Ketika dalam shalatnya saya berkata kepadnya, “Lihatlah ke kanan dan ke
kiri”. Akhirnya ia melihat. Maka pada saat itu wajahnya saya usap
dengan tangan saya, kemudian saya menghadap di depan matanya sembari
berkata, “engkau telah melakukan apa yang tidak akan menjadi baik
selamanya”. Wahai Muhammad, engkau tahu, bahwa orang yang banyak menoleh
dalam shalatnya, Allah akan memukul kepalanya dengan shalat tersebut.
Kalau dalam shalat ia sanggup mengalahkan saya, sementara ia shalat
sendirian, maka saya perintahkan untuk tergesa-gesa. Maka ia mengerjakan
shalat seperti ayam yang mencocok benih-benih untuk dimakan dan segera
meninggalkannya.
Kalau ia sanggup mengalahkan saya, dan shalat berjamaah, maka saya kalungkan rantai dilehernya.
Ketika ia sedang ruku’ saya tarik
kepalanya ke atas sebelum imam bangun dari ruku’ dan saya turunkan
sebelum imam turun. Wahai Muhammad, engkau tahu, bahwa orang yang
melakukan shalat seperti itu, maka batal shalatnya, dan di hari Kiamat
nanti Allah akan menyalin kepalanya dengan kepala keledai. Kalau dengan
cara tersebut saya masih kalah, maka saya perintahkan meremas-remas
jari-jemarinya sehingga bersuara, sedangkan ia sedang shalat, karenanya
ia termasuk orang-orang yang bertasbih kepadaku padahal ia sedang
shalat. Kalau dengan cara tersebut masih juga tidak mempan, maka saya
tiup hidungnya sehingga ia menguap, sementara ia sedang shalat. Kalau ia
tidak menutupi mulutnya dengan tangannya maka setan masuk kedalam
perutnya, sehingga ia semakin rakus dengan dunia dan berbagai
perangkapnya. Ia akan selalu mendengar dan taat kepadaku. Bagaimana
ummatmu bisa bahagia wahai Muhammad, sementara saya memerintah
orang-orang miskin untuk meninggalkan shalat, dan saya berkata
kepadanya, “Shalat bukanlah kewajiban kalian, shalat hanya kewajiban
orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah”.
Saya pun berkata kepada orang yang sakit,
“Tinggalkan shalat, karena shalat bukanlah kewajibanmu. Shalat hanyalah
kewajiban orang-orang yang diberi nikmat kesehatan. Sebab Allah sudah
berfirman, ‘…dan tidak apa-apa bagi seorang yang sedang sakit…’ (QS.
An-Nur: 61). Kalau engkau sudah sembuh baru melakukan shalat. Akhirnya
ia mati dalam kondisi kafir. Apabila ia mati dengan meninggalkan shalat
ketika sedang sakit, maka ia akan bertemu Allah dengan dimurkai.
Wahai Muhammad, jika saya menyimpang dan
berdusta kepadamu, maka hendaknya engkau memohon kepada Allah agar saya
dijadikan debu yang lembut. Wahai Muhammad, apakah engkau masih juga
merasa gembira terhadap ummatmu, sementara saya bisa memurtadkan
seperenam dari ummatmu untuk keluar dari Islam?”
Kemudian Rasulullah SAW meneruskan pertanyaannya, “Wahai mahluk yang terkutuk, siapa teman dudukmu?”
“Orang-orang yang suka makan riba”, jawab Iblis.
“Lalu siapa teman dekatmu?” tanya Rasulullah SAW.
“Orang yang berzina”, jawab Iblis.
“Siapa teman tidurmu?” tanya Rasulullah SAW.
“Orang yang mabuk”, jawab Iblis.
“Siapa tamumu?” tanya Rasulullah SAW.
“Pencuri”, jawab Iblis.
“Siapa utusanmu?” tanya Rasulullah SAW.
“Tukang sihir”, jawab Iblis.
“Apa yang menyenangkan pandangan matamu?” tanya Rasulullah SAW.
“Orang yang bersumpah dengan talak”, jawab Iblis.
“Siapa kekasihmu?” tanya Rasulullah SAW.
“Orang yang meninggalkan shalat Jum’at”, jawab Iblis.
“Wahai mahluk yang terkutuk, apa yang mengakibatkan punggungmu patah?” tanya Rasulullah SAW.
“Suara ringkik kuda untuk berperang membela agama Allah SWT”, jawab Iblis.
“Apa yang membuat hatimu panas?” tanya Rasulullah SAW.
“Banyak beristighfar kepada Allah, baik di malam hari maupun di siang hari”, jawab Iblis.
“Apa yang membuatmu merasa malu dan hina?” tanya Rasulullah SAW.
“Sedekah secara rahasia”, jawab Iblis.
“Apa yang menjadikan matamu buta?” tanya Rasulullah SAW.
“Shalat diwaktu sahur”, jawab Iblis.
“Apa yang dapat mengendalikan kepalamu?” tanya Rasulullah SAW.
“Memperbanyak shalat berjamaah”, tutur Iblis.
“Siapa orang yang paling membahagiakanmu?” tanya Rasulullah SAW.
“Orang yang sengaja meninggalkan shalat”, tutur Iblis.
“Siapa yang paling celaka menurut engkau?” tanya Rasulullah SAW.
“Orang-orang yang kikir”, jawab Iblis.
“Apa yang paling menyita pekerjaanmu?” tanya Rasulullah SAW.
“Majelis orang-orang alim”, jawab Iblis.
“Bagaimana cara engkau makan?” tanya Rasulullah SAW.
“Dengan tangan kiriku dan jari-jemariku”, jawab Iblis.
“Dimana engkau mencari tempat berteduh untuk anak-anakmu diwaktu panas?” tanya Rasulullah SAW.
“Di bawah kuku manusia”, jawab Iblis.
“Berapa kebutuhan yang pernah engkau minta kepada Tuhanmu?” tanya Rasulullah SAW.
“Sepuluh macam”, jawab Iblis.
“Apa saja itu wahai mahluk terkutuk?” tanya Rasulullah SAW.
Iblis pun menjawab:
(1) “Saya meminta-Nya agar saya bisa
berserikat dengan anak-cucu Adam dalam harta kekayaan dan anak-anak
mereka. Akhirnya Allah mengizinkanku berserikat dalam kelompok mereka.
Itulah maksud firman Allah SWT: ‘Dan berserikatlah dengan mereka pada
harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka. Dan tidak ada yang
dijanjikan oleh setan kepada mereka melainkan tipuan belaka’. QS.
Al-Isra': 64). Setiap harta yang tidak dikeluarkan zakatnya, maka saya
ikut memakannya. Saya juga ikut makan makanan yang bercampur riba dan
haram serta segala harta yang tidak dimohonkan perlindungan kepada Allah
dari setan yang terkutuk.
(2) Setiap orang yang tidak memohon
perlindungan kepada Allah dari setan ketika bersetubuh dengan istrinya,
maka setan akan ikut bersetubuh. Akhirnya melahirkan anak yang mendengar
dan taat kepadaku. Begitu pula orang yang naik kendaraan dengan maksud
mencari penghasilan yang tidak dihalalkan, maka saya adalah temannya.
Itulah maksud firman Allah SWT: ‘Dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan
berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki’. (QS.Al-Isra':64
(3) Saya memohon kepada-Nya agar saya punya rumah, maka rumahku adalah kamar mandi.
(4) Saya memohon agar saya punya masjid, akhirnya pasar menjadi masjidku.
(5) Saya memohon agar saya punya Al-Qur’an, maka syair adalah Al-Qur’anku.
(6) Saya memohon agar saya punya adzan, maka terompet adalah penggilan adzanku.
(7) Saya memohon kepada-Nya agar saya punya tempat tidur, maka orang-orang mabuk adalah tempat tidurku.
(8) Saya memohon agar saya memiliki
teman-teman yang menolongku, maka kelompok Al-Qadariyyah menjadi
teman-teman yang membantuku.
(9) Dan saya memohon agar saya memiliki teman-teman dekat, maka orang-orang yang menginfakkan harta
kekayaannya untuk kemaksiatan adalah
teman dekatku. Itulah maksud firman Allah SWT: ‘Sesungguhnya
pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah
sangat ingkar kepada Tuhannya’. (QS. Al-Isra': 27)”.
Rasulullah SAW berkata kepada Iblis,
“Andaikan tidak setiap apa yang engkau ucapkan itu didukung oleh
ayat-ayat dari Kitab Allah tentu aku tidak akan membenarkanmu”.
Lalu Iblis berkata lagi,
10) “Wahai Muhammad, saya memohon kepada
Allah agar saya bisa melihat anak-cucu Adam, sementara mereka tidak bisa
melihatku. Kemudian Allah menjadikan aku bisa mengalir melalui
peredaran darah mereka. Diriku bisa berjalan ke mana pun sesuai kemauan
diriku dan dengan cara bagaimana pun. Kalau saya mau dalam sesaat pun
bisa. Kemudian Allah berfirman kepadaku. ‘Engkau bisa melakukan apa saja
yang kau minta’. Akhirnya saya merasa senang dan bangga sampai hari
Kiamat. Sesungguhnya orang yang mengikutiku lebih banyak daripada orang
yang mengikutimu. Sebagian besar anak-cucu Adam akan mengikutiku sampai
hari Kiamat”.
Iblis melanjutkan lagi, “Saya memiliki
anak yang saya beri nama Atamah. Ia akan kencing di telinga seorang
hamba ketika ia tidur meninggalkan shalat ‘Isya. Andaikan tidak
karenanya tentu manusia tidak akan tidur terlebih dahulu sebelum
menjalankan shalat. Saya juga punya anak yang saya beri nama Mutaqadhi.
Apabila ada seorang hamba melakukan ketaatan (ibadah) dengan rahasia dan
ingin menutupinya, maka anak saya tersebut senantiasa membatalkannya
dan dipamerkan di tengah-tengah manusia, sehingga semua manusia tahu.
Akhirnya Allah membatalkan sembilan puluh
sembilan dari seratus pahala. Sehingga yang tersisa hanya satu pahala.
Sebab setiap ketaatan yang dilakukan secara rahasia akan diberi seratus
pahala. Saya punya anak lagi yang bernama Kuhyal, dimana ia bertugas
mengusapi celak mata semua orang yang sedang berada di majelis pengajian
dan ketika khatib sedang berkuthbah. Sehingga mereka terkantuk dan
akhirnya tidur, tidak bisa mendengarkan apa yang dibicarakan para
ulama. Mereka yang tertidur tidak akan ditulis pahala sedikitpun untuk
selamanya”.
Iblis melanjutkan lagi, “Setiap kali ada
perempuan keluar mesti ada setan yang duduk di pinggulnya, ada pula yang
duduk di daging yang mengelilingi kukunya. Dimana mereka akan
menghiasi kepada orang-orang yang melihatnya. Kedua setan itu kemudian
berkata kepadanya, ‘Keluarkan tanganmu’. Akhirnya ia mengeluarkan
tangannya, kemudian kukunya tampak, lalu kelihatan nodanya”.
Iblis melanjutkan lagi, “Wahai Muhammad,
sebenarnya saya tidak bisa menyesatkan sedikit pun. Akan tetapi saya
hanya akan mengganggu dan menghiasi. Andaikan saya memiliki hak dan
kemampuan untuk menyesatkan, tentu saya tidak membiarkan segelintir
manusia pun di muka bumi ini yang masih sempat mengucapkan dua kalimat
Syahadat, ‘Tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Utusan-Nya’.
Tidak akan ada lagi orang yang shalat dan berpuasa. Sebagaimana engkau
wahai Muhammad, tidak berhak untuk memberikan hidayah sedikit pun kepada
siapa saja. Akan tetapi engkau adalah seorang utusan dan penyampai
amanat dari Allah.
Andaikan engkau memiliki hak dan kemampuan untuk memberi hidayah, tentu engkau tidak akan membiarkan
segelintir orang kafir pun di muka bumi
ini. Engkau hanyalah sebagai argumentasi (Hujjah) Allah SWT terhadap
mahluk-Nya. Sementara saya hanyalah menjadi sebab celakanya orang yang
sebelumnya sudah dicap oleh Allah sebagai orang celaka. Orang yang
bahagia dan beruntung adalah orang yang dijadikan bahagia oleh Allah
sejak dalam perut ibunya, sedangkan orang yang celaka adalah orang yang
dijadikan celaka oleh Allah sejak dalam perut ibunya”.
Rasulullah SAW kemudian membacakan firman Allah SWT:
“Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia
menjadikan manusia ummat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih
pendapat. Kecuali orang-orang yang diberi Rahmat oleh Tuhanmu”. (QS.
Hud: 118-119). Kemudian beliau Nabi SAW melanjutkan dengan firman Allah
SWT: “Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti
berlaku”. (QS. Al-Ahzab: 38).
Lantas Rasulullah SAW berkata lagi kepada
iblis, “Wahai Abu Murrah (iblis), apakah engkau masih mungkin bertobat
dan kembali kepada Allah, sementara saya akan menjaminmu masuk surga”.
Iblis menjawab, “Wahai Rasulullah, ketentuan telah memutuskan dan Qalam
pun telah kering dengan apa yang terjadi seperti ini hingga hari Kiamat
nanti. Maka Maha Suci Allah Yang telah menjadikanmu sebagai tuan para
Nabi dan Khathib para penduduk Surga, Dia telah memilih dan
mengkhususkan dirimu. Sementara Dia telah menjadikan saya sebagai tuan
orang-orang celaka dan Khatib para penduduk Neraka. Saya adalah mahluk
yang celaka lagi terusir. Ini adalah akhir dari apa yang saya
beritahukan kepadamu, dan saya mengatakan sejujurnya”.
Segala Puji bagi Allah Tuhan Semesta
Alam, Awal dan Akhir, Dhahir dan Bathin. Dan semoga Shalawat dan Salam
sejahtera tetap diberikan kepada seorang Nabi yang ummi dan kepada para
keluarga dan sahabatnya serta para Utusan dan para Nabi.
catatan :
Apakah kita sudah luput dari “dendam” sang iblis ? …
Kalau belum … jangan mengklaim diri bahwa “aku sudah benar” apalagi berkhayal pada posisi berma’rifatullah.